Skip to main content

Anda Belum Sukses? Periksa Ini Dulu!

“Every great dream begins with a dreamer. Always remember, you have within you the strength, the patience, and the passion to reach for the stars to change the world.” — Harriet Tubman 

 (Setiap impian yang hebat dimulai oleh seorang pemimpi. Selalu ingat bahwa kamu memiliki kekuatan, kesabaran, dan gairah di dalam dirimu untuk meraih bintang untuk mengubah dunia.) 

Masih kita kita waktu kecil kita ditanya, “Apa cita-cita mu? Kalau sudah besar mau jadi apa? Mau jadi apa nanti kalau sudah besar?” 

Dan pertanyaan lainnya yang mengambarkan ingin meraih apa dalam kehidupan ini.

Mungkin dari Anda ada yang bertanya, apa hubungannya antar sukses dengan pertanyaan-pertanyaan impian itu?

 Memang sepintas lalu tak pertanyaan itu tak ada gunanya. Khususnya kala kita masih kecil belum tahu apa sih gunaan pertanyaan itu. Belum lagi waktu kita kecil, belum tahu apa yang ingin diraih di masa akan datang.

 Kala itu, hidup kita hanya sebatas menikmati hidup. Menikmati permainan dan fasilitas yang diberikan oleh kedua orang tua.

 Sebelum dilanjutkan, saya sedikit sampaikan ternyata impian atau cita-cita itu sangat bermanfaat. Cita-cita bisa diibaratkan batu asah bagi pisau. Batu asah untuk mempertam kerja-kerja pisau. Begitu pula dream, ia hadir di jiwa kita, menemani saat sepi dan ramai dari si tukang pencuri impian.

 Cita-cita bagi manusia yang terus menajamkan visi misi kita saat kita ‘tumpul’ mengejarnya. Atau menyemangat saat kita pesismis. 

 Dengan adanya cita-cita, atau dream ini gairah terus ada dan tindak tanduk kita selama mengejar impian itu lebih berpola, lebih fokus dan lebih terarah.  

Artinya, impian dream cita-cita itu cita-cita penting bagi manusia. Keguanaan atau kemanfaatanya sama dengan air bagi tumbuhan dan manusia.

 Kok bisa? 

 Saya ingin berkisah seputar impian. Kala saya masih kecil, saat itu kelas 4 SD, baru saja tinggal kelas karena belum bisa baca tulis. Bisa dibayangkan, anak kelas 4 belum bisa baca tulis. 

Bandingkan dengan anak TK (taman kanak-kanak) saat ini, mereka sudah bisa baca tulis. Saya dan kami (kala itu lebih separuh yang tinggal kelas karena tak bisa baca tulis di kelas 4 SD waktu itu) belum bisa baca tulis. Saya masih anak-anak, pikiran tak karuan. Selain dicemooh, juga dihakimi oleh keluarga anak yang tak pintar alias bodoh bin dongo. hehehhee

 Kembali ke persoalan impian. 

Usai tinggal kelas itu, seorang mahasiswi yang sedang magang dan jadi guru honorer di sekolah ku di desa nan jauh hirup pikuk kota, memberikan nasehat soal mau jadi apa nantinya jika besar. Sebut saja guru itu Ibu Dewi Ya, bisa dikatakan kala mengajariku membuat impian. Saya hanya terdiam dan tak bisa menjawab. 

 Kemudian, dengan santun Ibu Dewi menyampaikan bahwa ada orang yang dulunya disebut bodoh dan tak bisa bersekolah karena kebodohannya itu, bahkan dipecat dari sekolah. Namun, ia berhasil dan disebut sukses. Itu karena, sepulang dari sekolah, ia melihat air dan batu. Air yang terus menetes di batu pegunungan mampu membuat batu yang keras itu berlobang. Berbekas.

Meski Ibu Dewi tak menyebut kalau kisah adalah pengarang buku BESAR Bulughul Maram yaitu Ibnu Hajar Al 'Asqalani. Adalah Bulughul Maram merupakan kitab hadits. Usai nasehat Ibu Dewi, saya terus memacu diri untuk belajar membaca. Menjalankan nasehat dari Ibu Dewi. Hanya sebulan kemudian, saya berhasil baca tulis dan naik kelas dengan nilai bagus.

 Dan, di kelas 5-6 SD mendapatkan ranking meski bukan ranking pertama. Setidaknya, dari situ semua bermula. Itu dream jangka pendek. Kemudian berlanjut meraih cita-cita jangka menengah dan jangka panjang untuk diraih. (nanti akan dibahas bagaimana menulis impian)

Kala itu, cita-cita yang besar, dulu kutulis dalam buku, satu persatu kuraih. Tentu atas doa dari kedua orang tua dan seizin Alloh Subhana wata’ala.

Intinya, jika belum sukses hingga kini dan belum merasa bahagia, coba periksa impian Anda. Sapatau dengan adanya impian baru Anda bisa mengubah hidup Anda. 

Berapapun usia Anda, raih impian itu tak ada hubungan dengan usia asalkan Anda sehat untuk mengejarnya.

 “You are never too old to set another goal or to dream a new dream.”  C.C. Lewis. 

 Ada yang satu yang perlu diingat, tidak ada kata terlambat untuk mengejar dream. Selama masih hidup, masih berakal dan masih bisa bernafas dengan sehat, maka memiliki mimpi untuk dikejar. Kejar dengan gairah semangat. 

Namun sayangnya, mengejar mimpi banyak yang menyerah saat diuji padahal, dream itu wajib diperjuangkan dan pertaruhkan demi kehidupan yang lebih baik. 

Yang perlu dicatat, ada orang meraih impiannya dengan mudah. Pada kondisi itu, maka bersabarlah. Allah SWT ingin menguji kita, seberapa serius ingin meraih cita-cita itu. (bersambung) 

O iya, tulisan ini tulisan pertama saya setelah vacum lama menulis di blog ini. Ya semoga ke depannya terus menulis seputar motivasi. Agar kita saling memberi energi besar.

 Terimakasih 

 Habibie Mahabbah

Comments

Popular posts from this blog

Kisahku II

Dari sebelas bersaudara tiga orang kakaku sudah kembali keharibaan-Nya. Emak-Bapak bukan keturunan darah biru di tanah bugis Pangkep.Gapak demikian juga, kedua orangtuaku rakyat biasa. Karena itu pula, di depan namanya tak ada sebutan Andi termasuk kami anak-anaknya seperti nama Andi Mallarangeng, Andi Golib, Andi Mattalatta dan semacamnya. Namun, dalam lubuk hati yang terdalam kedua orangtuaku punya visi besar membangun keluarga. Meski selama di KI jakarta aku menyalagunakan nama Andi untuk strata sosial. Khususnya pemilihan organisasi...hehehe Profesi Bapak adalah petani padi di kampung Galungboko, desa Kabba Kabupaten Pangkep, Suawesi Selatan. Emak seorang rumah tangga yang sesekali ke sawah membantu suaminya jika usai mengurus anak-anaknya di rumah. Biasanya Emak punya jatah libur di sawah setelah melahirkan. Anak berusia setahun sudah bisa dititip di rumah keluarga sebelah rumah. Rumah Tante Nabe'. Di situ saudaraku yang masih kecil ditampun hingga orangtua pulang dari sawah. ...

Kisahku (Galungboko)

Masa kecilku dihabiskan di kampung Galung-boko. Bapak-Emakku juga lahir dari Galung-boko. Artinya, Emak-Bapak sekampung. Nenek-Kakek dari Bapak-Emak juga lahir di sini. Hingga kini, sanak keluargaku menetap tingga di sini. Hampir seratus persen di kampung ini keluargaku. Jika bukan ada penduduk bukan dari sanak keluargaku, bisa disebut pendatang baru di kampungku. Mayoritas keluargaku menikah dengan hubungan darahnya. Alasan nenek moyangku menikahkan anak cucunya satu darah agar harta yang akan dibagi tidak ke keluarga orang lain. Kan sayang, begitu kata Pamanku saat aku masih berusia 11 tahun. Aku dengar paman Manji saat berbincang dengan orang di depan rumahku. Dan pemahaman seperti ini berakarkuat di kampungku hingga saat ini. Dalam bahasa bugis, galung artinya sawah. Sedangkan boko adalah membelakangi. Arti kampungku "Galung-boko" sawah yang dibelakangi. Memang jika dilihat rumah penduduk di kampungku membelakangi sawah. Hampir semua sawah yang ada di belakang rumah. Ya, ...

Kisahku (Emak Ello Menre Mekka)

Aku baru tahu penyebab Emak amat perhitungan mengeluarkan uang dari lemari uang. Emak ingin naik haji. Lemari uang Emak mirip berangkas fugsinya. Hanya bentuknya agak beda. Lemari uang Emak mirip lemari kaca. Di atasnya menaruh pakaian keluarga yang masih baru. Di lacinya Emak menaruh uang dan beberapa barang berharga seperti emas dan surat berharga dibungkus kain. Yang bisa mengoperasikan lemari itu hanya Emak. Lemari itu hanya Emak yang tahu kuncinya dimana ditaruh. Emak menaruh kuncinya berpindah. Tujuan agar orang yang melihat menaruhnya kesulitan mencarinya. Saking seringnya berpindah tempat Emak menaruh kuncinya.Berapa kali Emak kebingungan sendiri. Emak sering lupa ditaruh dimana kunci 'berangkas' itu. Jika kondisi seperti itu Emak kelimpungan. Panik. Uang yang dikumpulkan dari hasil jual telur, gabah, sapi dan lainnya hilang seketika. Emak terkadang berpikir demikan. Hal-hal yang tak mungkin terpikirkan Emak pikirkan. "Jangan-jangan ada pencuri yang memasuki rumah ...