Skip to main content

Ini Biang Kerok Kita Tak Jadi Orang Sukses nan Kaya

A dream doesn’t become reality through magic; it takes sweat, determination and hard work.

(Impian tidak menjadi nyata melalui sihir dibutuhkan keringat, kebulatan tekad, dan kerja keras.) Colin Powell

Pada tulisan sebelumnya, kita telah membahas soal dream atau impian.

Kali ini saya ingin menyampaikan siapa saja yang membuat kita gagal meraih cita-cita kita itu.

Kok bisa? Makanya baca selanjutnya

Iya, ternyata penyebab kita tak raih impian karena ada biang kerok. Ada maling. Ada pencuri impian.

Tapi, maling ini bukan kaya maling sendal di masjid baru digebukin rame-rame... Hehehe bukan.

Maling atau pencuri impian ini beda dengan maling sendal atau maling jemuran yang ada. Hehehe

Penasaran kan? Ayo kita bahas siapa-siapa saja si maling itu.

1. Diri Sendiri

Pasti bertanya-tanya kok diri sendiri membuat kita tak sukses jadi orang kaya. Bukaknya kita sendiri ingin sukses tapi kok kita maling juga. Hehehe (mana di nomor urut satu lagee)

Begini ceritanya, kenapa kita disebut pencuri impian, karena kadang kita sendiri sebagai manusia tak komitmen dengan apa yang telah kita putuskan. Kita membiarkan pembunuh-pembunuh impian itu datang dan menghabisi semangat kita.

Intinya, semua bermula dari kita.

Sejatinya, saya tak perlu lanjutkan tulisan ini (dan menuliskan pencuri imPian) jika sang pemilih hati, CINTA Masa depannya. Berjuang. Sabar. Komitmen. Ihlas mengikuti proses dalam meraih impian

2. Keluarga Tercinta

Pertanyaan, kenapa bisa keluarga atau anak istri kedua orangtua tercinta yang bisa menjadi pencuri impian?

Memang menjawabnya agak susah, semoga cara saya menjelaskannya bisa dipahami dengan bahasa sederhana.

Begini, biasanya tiap kita ada keinginan untuk diaraih, baik target jangka pendek, menengah dan target masa panjang jauh ke depan. 

Kadang, biasanya yang pertama tahu atau lebih dulu paham adalah orang terdekat. Mereka memberi masukan. Mereka memberi pertimbangan.

Jika tidak hati-hati dan tak kuat komitmennya, maka kita bisa merasa optimis meraih apa yang telah direncanakan sebelumnya.

Dari situ, rencana matang kita yang telah dibuat dan tinggal take action (dilakuka) tertundah bahkan batal dilakukan atas pertimbagan keluarga. Dan di sini ujian sebenarnya meraih impian itu. 

Ada pertimbangan kasih sayang, ada pertimbangan emosional.

Dari situ, ada strategi tertentu agar kita tetap bisa berpegang teguh pada rencana semula.

Di antara berbohong hingga apa yang telah direncanakan itu terwujud. Maksudnya, berbohong saja hingga apa yang telah diwujudkan itu benar-benar terwujud.

Sebagai contoh, bukan untuk apa-apa, sekedar sharing. Waktu saya tinggalkan keluarga untuk kuliah ke kota, saya berbohong pada keluarga khususnya EMAK BAPAK. Saya berbohong dapat beasiswa. Saya berbohong tinggal di asrama. Saya berbohong makan ditangung pemberi beasiswa. Dan bohong lainnya.

Pokoknya saat itu saya berbohong banyak. Kapan saya jujur setelah saya lulus kuliah.

Kemudian keluarga bertanya, tinggal di mana selama ini? Dan dari mana makannya? Dari mana dapat uang bisa kuliah? Dan pertanyaan lainnya.

Setelah itu saya minta maaf. Alhamdulillah dimaafkan.

Dengan jawaban panjang lebar, keluarga menerima. 

Khususnya saat saya bilang, keluarga tak bisa biayai hidup saya selama kuliah di Jakarta. Apalagi saya kasian sama Bapak Emak yang mau naik haji tapi belum juga terwujud dengan hasil pertanian dari Bapak.

Tanpa bohong dalam mengejar impian itu. 

Jika berbohong bisa wujudkan impian kenapa tidak. Hehee 

Biasanya, jika kita terlalu jujur keluarga tercinta berat hati mereka melihat kita berproses mengejar impian itu.

Jadi, pintar-pintar dalam dalam berbohong jangan sampai ketahuan... Hehehe

3. Lingkungan 

Lingkungan ini saya jadikan nomor urut 3 penyebab impian kita tertelan bumi. Dicuri. Diambil. Hilang. Menguap atau istilah apa lah. 

Impian yang sudah dirancang baik tak bisa dikuasai lagi karena dicuri. Untuk itu, saran saran saya impian anda yang sudah ditulis jangan sampai diketahui oleh halayak. Karena tudak semua lingkungan mendukung meriah mimpi-mimpi kita.

Cara mensyiasatinya dari lingkungan yang bisa disebut negatif itu adalah, GERAK TANPA BAYANGAN. Maksudnya, apa yang sedang anda lakukan diusahakan tak terbaca oleh lingkungan negatif itu.

Beda dengan keluarga. Lingkungan jumlahnya lebih banyak dan jumlahnya bisa lebih banyak. Jika komitmen kita tak kuat baja maka kita bisa mengubah komitmen itu. Khususnya saat kita dikucilkan dan 'diomongin' sama satu kompleks. Hehehe

4. Jauhi Orang Sok Tahu

Buat anda yang punya impian besar tolong jangan berkonsultasi dengan orang kurang tepat. Banyak orang sok tahu saat ditanya terkait impian kita. 

Biasanya, info yang mereka dapat tidak utuh. Mereka memberi info sebatas seadanya, tidak lengkap atau tidak berimbang. Data yang disampaikan sepihak. 

Apa yang disampaikan berdasarkan pengalaman yang salah saat mereka melakukan. Artinya, kegagalan mereka di masa lampau karena kesalahan mereka dalam mengejar impian itu.

Untuk itu, carilah orang tepat dalam berkonsultasi bagaimana mengejar impian itu.

5. Jauhi Orang Pesimis

Saat anda telah menetapkan impian jauh orang negatif. Tapi bagaimana jika keluarga? Bukan jauhi secara fisik maksudnya. Jauhi mereka secara pemikiran yang bisa merasuki pikiran positif anda.

Karena orang pesimis mencari kawan, berkumpul dengan teman-teman yang tak berhasil meraih impiannya. 

Orang pesimis biasanya, takut mengambil resiko. Padahal, kesuskesan dekat kaitannya dengan keberanian mencoba dan mencoba.

Selamat mencoba

SUKSES SELALU



Comments

Popular posts from this blog

Kisahku II

Dari sebelas bersaudara tiga orang kakaku sudah kembali keharibaan-Nya. Emak-Bapak bukan keturunan darah biru di tanah bugis Pangkep.Gapak demikian juga, kedua orangtuaku rakyat biasa. Karena itu pula, di depan namanya tak ada sebutan Andi termasuk kami anak-anaknya seperti nama Andi Mallarangeng, Andi Golib, Andi Mattalatta dan semacamnya. Namun, dalam lubuk hati yang terdalam kedua orangtuaku punya visi besar membangun keluarga. Meski selama di KI jakarta aku menyalagunakan nama Andi untuk strata sosial. Khususnya pemilihan organisasi...hehehe Profesi Bapak adalah petani padi di kampung Galungboko, desa Kabba Kabupaten Pangkep, Suawesi Selatan. Emak seorang rumah tangga yang sesekali ke sawah membantu suaminya jika usai mengurus anak-anaknya di rumah. Biasanya Emak punya jatah libur di sawah setelah melahirkan. Anak berusia setahun sudah bisa dititip di rumah keluarga sebelah rumah. Rumah Tante Nabe'. Di situ saudaraku yang masih kecil ditampun hingga orangtua pulang dari sawah. ...

Kisahku (Galungboko)

Masa kecilku dihabiskan di kampung Galung-boko. Bapak-Emakku juga lahir dari Galung-boko. Artinya, Emak-Bapak sekampung. Nenek-Kakek dari Bapak-Emak juga lahir di sini. Hingga kini, sanak keluargaku menetap tingga di sini. Hampir seratus persen di kampung ini keluargaku. Jika bukan ada penduduk bukan dari sanak keluargaku, bisa disebut pendatang baru di kampungku. Mayoritas keluargaku menikah dengan hubungan darahnya. Alasan nenek moyangku menikahkan anak cucunya satu darah agar harta yang akan dibagi tidak ke keluarga orang lain. Kan sayang, begitu kata Pamanku saat aku masih berusia 11 tahun. Aku dengar paman Manji saat berbincang dengan orang di depan rumahku. Dan pemahaman seperti ini berakarkuat di kampungku hingga saat ini. Dalam bahasa bugis, galung artinya sawah. Sedangkan boko adalah membelakangi. Arti kampungku "Galung-boko" sawah yang dibelakangi. Memang jika dilihat rumah penduduk di kampungku membelakangi sawah. Hampir semua sawah yang ada di belakang rumah. Ya, ...

Kisahku (Emak Ello Menre Mekka)

Aku baru tahu penyebab Emak amat perhitungan mengeluarkan uang dari lemari uang. Emak ingin naik haji. Lemari uang Emak mirip berangkas fugsinya. Hanya bentuknya agak beda. Lemari uang Emak mirip lemari kaca. Di atasnya menaruh pakaian keluarga yang masih baru. Di lacinya Emak menaruh uang dan beberapa barang berharga seperti emas dan surat berharga dibungkus kain. Yang bisa mengoperasikan lemari itu hanya Emak. Lemari itu hanya Emak yang tahu kuncinya dimana ditaruh. Emak menaruh kuncinya berpindah. Tujuan agar orang yang melihat menaruhnya kesulitan mencarinya. Saking seringnya berpindah tempat Emak menaruh kuncinya.Berapa kali Emak kebingungan sendiri. Emak sering lupa ditaruh dimana kunci 'berangkas' itu. Jika kondisi seperti itu Emak kelimpungan. Panik. Uang yang dikumpulkan dari hasil jual telur, gabah, sapi dan lainnya hilang seketika. Emak terkadang berpikir demikan. Hal-hal yang tak mungkin terpikirkan Emak pikirkan. "Jangan-jangan ada pencuri yang memasuki rumah ...