Skip to main content

Kisahku (Ganti Emming jadi Bapak)

Kala aku SD, Bapak termasuk memanjaku kalau soal kerja sawah. Paling aku menanam padi dan panen. Mungkin waktu itu fisikku kecil. Dan pello (lemah). Jadi mencangkul, membajak sawah, memupuk, semrot hama dan lainnya semua tugas kakakku. Padahal, kala itu anak seusiaku mengerjakan pekerjaan tersebut dengan bimbingan orangtuanya.

Seorang kakakku bernama Khaeruddin 'cemburu' dan menganggap Bapak pilih kasih. Tiap tidak ada Bapak aku ditugasi pekerjaan yang berat yang tidak pernah Bapak mengembang tugaskan padaku. Pernah suatu waktu aku terjatuh di sawah waktu membawa alat pembajak yang cukup berat itu. Untung ada yang menolong. Setelah tiba di rumah aku laporkan ke Emak.Tidak tahu apa Emak memarahi Khaeruddin. Yang jelas tiap aku disuru mengerjakan pekerjaan berat, Kak Heru mengancam. Makanya aku takut. Aku paling tidak suka kalau kakakku ini membandingkan aku dengan temanku yang kuat kerja bersawah, yang bisa membajak dan angkat alat berat.

*****
Tahun 1993

Kini aku duduk di kelas 6 SD. Pelajaran tambahan semakin banyak. Pelajaran tambahan disebut LES. Terkadang LES itu diplesetkan menjadi Lesse Sala'. Artinya, kabur ke tempat lain. Sesuai kamus...



Begitu pula jika ada pelajaran tambaha.nAku mengerjakan tidak ikhlas dan dalam hati dongkol. Dari sini



Bapak disapa Eming oleh anak-anaknya, termasuk Emak ketika menyuruh beliau makan. "Olli'i Eming-mu manre (ajak Eming makan)," begitu Emak menyapa suaminya. Kalau Emak tetap disapa Emak oleh anak-anaknya. Aku yang kecil sebenarnya tak suka dengan sapaan Eming. Aku sapa Bapakku dengan Bapak. Tapi keadaan memang begitu, jadi aku ikut saja. Dalam ucapanku jarang menyebut Eming. Nama Eming aku ganti dengan tabe' atau iye. Paling sering iye. Tabe dan iye dalam bahasa bugis mengandung nama menghormati. Atau lebih tepatnya, permisi. Aku ingin menyapa Bapakku, dengan Bapak tapi semua orang di kampung menyapa Eming.

Comments